jump to navigation

Fountain of Youth Februari 2, 2009

Posted by D. Pratama D in Uncategorized.
add a comment
Fountain of Youth

Fountain of Youth

Penjara-Penjara Fantastik di Dunia Desember 2, 2008

Posted by D. Pratama D in Uncategorized.
7 comments

Berapa banyak penjara di bumi ini? Ratusan? Ribuan? Sungguh banyak tentunya. Setiap penjara juga mempunyai ciri khas tersendiri. Bahkan beberapa di antaranya menjadi tempat paling menakutkan, tapi juga ada yang menjadi tempat yang sangat nyaman untuk ditinggali.

Dari jumlah tersebut, sebagian bangunan penjara tidak lagi digunakan. Pasalnya terjadi kendala-kendala sosial dan politik di sebuah negara. Namun fakta sejarah yang terdapat di dalam bagunan itu tetap harus dipertahankan. Makanya beberapa dari penjara-penjara itu masih tetap berdiri walaupun tidak lagi digunakan untuk penahanan, bahkan beberapa di antaranya dijadikan tempat pariwisata sejarah.

ADX Supermax-Colorado, AS
ADX Supermax, terkenal sebagai penjara peling ketat sedunia. Penjara ini terletak di kota Florence negara bagian Colorado – Amerika Serikat. Mulai direkonstriksi pada tahun 22 Oktober, 1983 dan disahkan penggu­naannya pada tahun 1994. Penjara ini diperuntukkan bagi penjahat-penjahat terbaik di seluruh Amerika Serikat, maupun kelas dunia.
Sebagai penjara dengan keamanan terbaik, ADX Super­max yang juga dikenal dengan sebutan The Alcatraz of the Rockies ini dilengkapi dengan berbagai sistem keamanan digital oleh berbagai pihak, ter­utama Florence Federal Correctional Complex (FCC), pemilik sistem keamanan terkemuka.
Di sini, napi tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan dunia luar dan harus menghabiskan 22 jam di dalam sel sempit seluas 7 x 8 kaki. Mereka hanya diperkenankan keluar sel di waktu makan dan gotong-royong. Penjara terganas ini biasanya berisikan napi-napi yang ditahan di atas hukuman 25 tahun penjara. Mereka yang difonis dengan hukuman seumur hidup juga kerap menghabiskan sisa waktunya di tempat ini.

Alcatraz-San Francisco, AS
Berdiri di atas sebuah pulau batu California San Francisco. Sejak diresmikan pada tahun 1933, tempat ini digunakan sebagai penjara oleh pemerintah Amerika selama 30 tahun dan dikenal sebagai penjara yang ketat. Penjahat-penjahat paling berbahaya kerap menjalani hukuman di tempat ini. Namun pada awal tahun tujuhpuluhan, penjara ini hampir luput dari perhatian, hingga kemudian tempat yang semula menakutkan ini berubah menjadi tujuan wisata internasional dan domestik. Nuansa seram dan sisa-sisa penahanan pada masa lampau berhasil menarik paling tidak satu juta orang setiap tahunnya (sekitar tahun 90-an) berkunjung ke tempat ini.
‘The Rock’, sebutan kedua untuk Alcatraz, penjara yang memiliki sistem paling ketat di zamannya. Dari tigapuluh empat narapidana yang pernah mencoba kabur, hanya tiga dari mereka yang berhasil.

Boven Digoel-Indonesia
Ketenangan tanah Papua prakemerdekaan memberikan kesempatan pemerintah kolonial untuk menjadikan sebuah tempat pembuangan bagi pembangkang kolonial di daerah ini. Ya, di Tanah Merah, sebuah tempat di dataran Papua tepat pada 27 Januari 1927 akhirnya didirikan Boven Digoel, oleh Kapten Infanteri L Th Becking . Tempat pembuangan yang akhirnya menempatkan Bung Hatta sebagai salah satu penghuninya.
Sejarah Indonesia mencatat peran penting tempat ini pada perkembangan Indonesia. Di sinilah Bung Hatta dan beberapa pemimpin golongan muda pernah menghabiskan waktunya dengan membaca dan melihat dunia luar dari selembar koran pada masa pembuangan.
Boven Digoel sendiri tidak begitu luas. Hanya pesawat kecil saja yang mungkin bisa mendarat di sana. Tapi sejarah pentingnya membuat pemerintah setempat tetap menjaga keaslian bangunan penjara ini. Sekarang tempat ini dijadikan cagar sejarah untuk menjaga saksi bisu sejarah Indonesia dari perubahan zaman.

Leoben-Austria, Penjara Berbintang Lima
Josef Hohensinn, ahli struktur dan rancangan bangunan seakan berusaha membuat khayalan menjadi kenyataan. The Justice Center Leoben, sebuah rancangannya dalam bentuk penjara terasa tidak cocok dengan status dan tujuan rancangan itu. Sungguh mengesankan. Betapa tidak, Leoben di-design layaknya hotel berbintang lima di Indonesia, lengkap dengan fasilitas-fasilitasnya.
Leoben terdiri dari kompleks pengadilan dan penjara. Dalam kompleks juga terdapat pengadilan setingkat distrik serta penjara bagi terdakwa. Kantor jaksa juga terdapat di dalam kompleks ini. Setelah diresmikan pendiriannya pada Maret 2005, Leoben langsung menjadi proyek percontohan di Eropa, dalam fungsi peradilan dan fasilitas hukum.
Sebagai sebuah percontohan, alndasan dasar pendiriannya adalah tujuan mengubah paradigma hukuman pidana bagi pelakunya yang kerap dianggap gagal dalam rehabilitasi. Biasanya sebuah penjara identik dengan kekerasan, siksaan dan juga kengerian dengan hasil narapidana kembali melakukan pelanggaran hukum setelah lepas dari masa tahanan, tapi Leoben berjalan pada jalur lain. Rehabilitasi di Leoben didasarkan pada kebutuhan kenyamanan untuk introspeksi diri. Di samping itu, perkelahian antara narapidana yang kerap terjadi di penjara-penjara lain tentunya harus dihindari. Dengan kenyamanan yang ditawarkan, hal semacam ini jarang terjadi di tempat ini. Menurut Josef Hohensinn, untuk mengubah perilaku keras dari narapidana dibutuhkan tempat yang baik dan berlimpah cahaya.
Penjara Kaca di Steiermark, Austria memang tak tanggung-tanggung. Tempat ini dilengkapi dengan sebuah tempat tidur, meja tulis, papan tempel, televisi built in, area untuk publik berupa cafetaria, gymnasium, dan lapangan pingpong di dalam ruangan. Tapi tidakkah kebijakan seperti ini akan membuat angka kriminalitas semakin tinggi akibat adanya Leoben yang menjanjikan kenyamanan bagi para pelaku kejahatan itu. (D. Pratama D)

Kisruh Teknologi Informasi, Antara Manfaat dan Mudarat November 12, 2008

Posted by D. Pratama D in opini.
2 comments
Oleh Dedet Pratama Dinata

Perkembangan teknologi informasi akhir-akh­­­ir ini ternyata memberikan pengaruh di luar dugaan. Masyarakat—terutama remaja—seperti kelimpungan menghadapi perubahan ini. Betapa tidak, berkembangnya jaringan internet hingga ke pelosok-pelosok desa berhasil membuat masyarakat yang sebagian besar petani dan peternak itu harus bersiap-siap terbang ke ‘peradaban’ baru. Peradaban yang menjadikan informasi sebagai ‘sembako’.­

Seakan tidak siap dengan perubahan, tumbuhlah dalam masyarakat kita—secara tidak langsung­­­—sebuah kelompok anti globalisasi informasi. Mereka melakukan gerakan dengan berbagai landasan, kadang memilih agama, kadang juga memilih budaya. Alhasil, timbullah dua golongan yang saling bertentangan prinsip dan pandangan tentang globalisasi informasi. Pro dan kontra bertumbuhan.

Aneh memang, tapi inilah yang terjadi dalam masyarakat kita. Laju informasi yang begitu cepat menawarkan pengetahuan yang beragam bagi semua golongan masyarakat. Namun di sisi lain, beberapa informasi itu juga berdampak buruk bagi kebudayaan dan agama. Benarkah?

Suguhan-suguhan bernada pornografi menempati peringkat pertama sebagai pemicu pertentangan. Internet bahkan menyediakan tempat khusus bagi ‘menu’ yang satu ini, dan bahkan dapat diakses dengan mudah oleh siapapun. Jangankan remaja, anak-anak yang baru menginjak usia sepuluh hingga duabelas tahun pun bisa memanfaatkan layanan ini dengan leluasa.

Hal yang ditakutkanpun terjadi. Beberapa kasus kriminal yang dilakukan remaja di bawah umur di Indonesia beberapa waktu lalu, menyatakan bahwa suguhan-suguhan pornografi dari internet yang membuat mereka terpikat untuk melakukan hal yang sama. Internet akhirnya dicap oleh beberapa kalangan sebagai media yang memberikan pengaruh paling buruk.

Game online menempati peringkat kedua. Permainan yang dapat menghubungkan setiap pemain di dunia dalam petualangan virtual menyulap remaja dan anak-anak hingga meninggalkan beberapa rutinitas penting. Layanan ini perlahan menjadi ‘candu’ yang menggerogoti otak remaja. Bahkan orang dewasa juga terhipnotis dengan ‘menu’ yang satu ini.

Game online-pun berdampak ganda, positif dan negatif. Di satu sisi, permainan ini dengan dahsyat memotifasi anak-anak dan remaja untuk mempelajari dan menggunakan perangkat komputer, di samping layanan-layanan lainnya. Tapi di sisi lain, pengaruhnya malah telah mengalahkan dampak play station yang dulunya pernah ditentang oleh berbagai kalangan.

Di sebuah warnet di kota Padang, sebuah fenomena tertangkap oleh penulis. Di sana puluhan remaja usia sekolah sedang asyik berpetualang di dunia maya. Padahal saat itu sudah larut malam. Bahkan beberapa dari mereka tetap berpetualang hingga dini hari. Waktu yang seharusnya menjadi saat-saat istrahat dan mempersiapkan diri untuk sekolah esok hari, malah digunakan untuk permainan yang menyulap pikiran tanpa adanya manfaat yang berarti.

Dari tempat lain, golongan yang membutuhkan aliran informasi merasakan angin surga tengah mengalir seiring dengan cepatnya perkembangan teknologi informasi. Mereka adalah mahasiswa-mahasiswa dan pelajar yang benar-benar membutuhkan bantuan media secepat internet untuk memperoleh bahan-bahan pelajaran. Dengan internet, pekerjaan yang membutuhkan waktu lama dapat dikerjakan dalam beberapa saat.

Laju informasi yang cepat juga telah mendorong perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Penemuan-penemuan baru yang ada di luar negri dengan cepat dapat ditangkap oleh pelajar di Indonesia, kemudian diaplikasikan dengan ilmu yang telah ada. Hingga akhirnya memunculkan sesuatu yang inovatif dan bermanfaat.

Sebenarnya semua orang memahami dampak baik dan buruk yang akan ditimbulkan oleh perkembangan teknologi informasi. Tapi bandingan antara manfaat dan mudaratnya tidak sanggup memberikan keputusan untuk menghambat ataupun memperlancar lajunya yang semakin cepat. Apalagi dampak negatif yang ditimbulkannya juga telah menyulap pengguna jasa ini untuk merasakan ketergantungan lebih lanjut.

Yang dibutuhkan saat ini adalah kearifan dan kebijaksanaan pengguna jasa teknologi informasi. Sedangkan orangtua diharapkan agar lebih proaktif dalam mengontrol kegiatan anak-anak mereka, terutama bagi yang masih di bawah umur. Tanpa hal di atas, dampak buruknya akan semakin merebak. Padahal berkembangnya teknologi informasi menjanjikan pemenuhan kebutuhan informasi yang lebih cepat di masa yang akan datang.

Magsaysay The People’s President November 12, 2008

Posted by D. Pratama D in tokoh.
add a comment


Nama Ramon Magsaysay melegenda bukan dikarenakan peristiwa naas yang menimpanya, malam 17 Maret 1957. Kecelakaan pesawat di Cebu itu sekaligus membawa kematiaannya. Namun kematian itu tak membuat kisah heroik dan kebijakan-kebijakannya hilang ditelan waktu.

Ramon Magsaysay yang mempunyai darah campuran Melayu, Cina dan Spanyol ini lahir di Iba, ibu kota Provinsi Zambales, 31 Agustus 1907. Kelahirannya dikabarkan tidak sebaik keadaan bayi-bayi lain. Begitu yang dituturkan bidan Lola Ihay kepada ibunya, Perfecta Magsaysay. Tengkorak Ramon Magsaysay tidak sempurna, lebih lunak, bahkan ada cekungan pada ubun-ubunnya. Bidan sendiri memprediksikan bahwa Ramon Magsaysay tidak dapat bertahan lama. Namun keteguhan hati Perfecta dalam merawat anaknya akhirnya, Ramon Magsaysay dapat mempertahankan hidupnya dan kemudian mengukir nama besarnya pada dunia.

46 tahun kemudian, Ramon Magsaysay terpilih menjadi Presiden ketiga Filipina. Ia menang telak terhadap Elpidio Quirino, Presiden Filipina sebelumnya. Padahal, Ramon Magsaysay sendiri adalah bagian dari kabinet Quirino yang menjabat sebagai Menteri Petahanan, namun kharismanya sanggup menarik simpati rakyat Filipina. Ia sanggup mengalahkan Quirino hampir di semua provinsi. Dalam pemilihan, Ramon Magsaysay memperoleh 2,9 juta suara, sedangkan Quirino hanya mengumpulkan 1,3 juta suara.

Keberhasilannya menduduki jabatan presiden tak lepas dari usaha Carlos Romulo, seorang intelektual yang pada awalnya ingin ikut mengambil kesempatan bertanding pada pemilihan presiden. Namun melihat kharisma kepemimpinan pesaingnya, ia mengurungkan keinginannya dan kemudian berbalik mendukung Ramon Magsaysay.

Bisa jadi ini adalah pemerintahan terbesar Filipina, hingga saat ini. Pemerintahan Ramon Magsaysay yang propublik serta memprioritaskan pengentasan kemiskinan membawa Filipina kepada kharisma politik yang baik di era pemerintahannya. Dia telah berhasil mengubah pola pikir petani agar tidak lagi menjadi mainan tikus politik dan komunis.

Era pemerintahan Ramon Magsaysay merupakan masa di mana dunia timur sedang dipengaruhi oleh komunis. RRC, Uni Soviet, dan Indonesia menjadi basis kedudukan terkuat bagi komunis. Tapi ia adalah sosok anti komunis. Bahkan sebagai pemimpin di daerah Asia Tenggara saat itu, keberaniannya untuk mendukung politik luar negri Amerika Serikat dalam melawan komunis patut diacungi jempol. Gerakan Hukbalahap (Hukbo ng Bayan Laban sa Hapon yang berarti ”Tentara Rakyat Anti-Jepang”) yang pada akhirnya dikuasai kaum komunis Filipina berhasil ditumpasnya. Kendati masih meninggalkan sisa, namun sebuah pencapaian luar biasa saat itu.

Pemerintahan Quirino yang dilanjutkan menitipkan banyak permasalahan masyarakat. Perekonomian yang masih memprihatikan, perpolitikan dalam negara masih kacau, ditambah angin komunis yang bisa kapan saja membalikkan masyarakat untuk melakukan pertentangan karena himpitan kehidupan. Tapi Ramon Magsaysay sendiri memahami bahwa kesejahteraan merupakan kunci utama untuk menghindari hempuran sosial dari komunis.

Pemerintahan propublik, promassa, dan perpolitikan yang bersih yang dijalankannya membawa namanya menjadi Presiden Rakyat. Sebutan ini dikokohkan oleh seorang penulis biografi, Manuel F. Martinez dalam bukunya yang berjudul: Magsaysay The People’s President. Dalam buku itu dituliskan beberapa kekuatan dan kelemahan dalam pemerintahannya. Kelemahan Ramon Magsaysay yang diceritakan buku ini adalah sikap ketus dan ‘pelit’ akan fasilitas-fasilitas kepada familinya. Tapi ini menunjukkan nepotisme di negara itu telah dipangkas oleh Ramon Magsaysay bahkan dari dirinya sendiri.

Caranya dalam memerintah telah memberikan tata kelola pemerintahan yang baik, sekalipun berbagai bentuk perlawanan pernah bergejolak pada masa pemerintahannya. Dia menunjukkan bahwa pemerintahan yang baik itu dapat ditegakkan hanya dengan ketegasan dan kelembutan. Salah satu ucapannya yang banyak dikutip orang: “Saya akan penjarakan ayah sayasendiri jika melanggar hukum.”

Kewibawaannya dalam memimpin menginspirasi berbagai kalangan. Sebuah program dari RMAF (Ramon Magsaysay Award Foundation), yayasan yang memberikan penghargaan terhadap perseorangan atau lembaga di Asia yang telah mengaplikasikan enam gagasan Ramon dalam berbagai bidang: pelayanan pemerintahan, jurnalisme-sastra-seni-komunikasi kreatif, kepemimpinan komunitas, pelayanan publik, kepemimpinan heroik dalam situasi berbahaya (emergent leadership), perdamaian dan pengertian internasional. Penghargaan ini bahkan telah menjelma layaknya ‘nobel’ dalam lingkupan Asia. (*Dedet Pratama Dinata/berbagai sumber)

Umar bin Khattab, Dari Abu Hafs Hingga Amirul Mukminin November 12, 2008

Posted by D. Pratama D in tokoh.
3 comments


Abu Bakar as-Sidiq, khalifah Islam pertama itu merasakan ajal semakin dekat menjemputnya. Namun cuaca futuhat islamiyah (perang pembebasan Islam) tengah memanas. Pasukan Islam sedang melangkah ke penjuru dunia demi misi mulia, namun sang khalifah merasakan waktunya semakin tipis. Rasa takut akan terjadinya perpecahan di tubuh umat membuatnya harus segera mengambil tindakan yang tepat. Saat itulah muncul nama Umar bin Khattab sebagai sosok terbaik untuk menjadi khalifah selanjutnya.

‘’Bismillahirrahmanirrahim. Inilah yang diwasiatkan oleh Abu Bakar kepada kaum Muslimin. Amma ba’du. Sesungguhnya aku telah menunjuk untuk kalian Umar ibn al-Khattab sebagai khalifah pengganti, demi kebaikan kalian.’’ Umar bin Khattab dipilih sebagai khalifah pada tahun 634 M melalui sebuah surat wasiat dari Abu Bakar. Hal ini dilakukan karena Abu Bakar menyadari bahwa Umar bin Khattab adalah pilihan terbaik saat itu, di samping itu Abu Bakar juga memastikan bahwa para sahabat juga berpandangan sama terhadap Umar bin Khattab. Sejarah tidak mencatat adanya kelompok maupun pihak manapun dalam Islam yang menentang keputusan tersebut.

Umar bin Khattab lahir pada tahun 513 M dari keluarga terpandang suku Quraisy. Pada masa awal dakwah Islam dilakukan oleh Rasulullah, Umar bin Khattab bergelar Abu Hafs (musuh utama Nabi) karena sikapnya yang begitu tegas menentang dakwah Nabi Muhammad SAW yang dianggap memporak-porandakan kepercayaan pendahulunya. Bahkan karena ketegasannya itu, ia sempat ingin membunuh saudara perempuannya yang memeluk Islam.

Dikisahkan, saat Umar bin Khattab menghampiri adik perempuannya tersebut dengan tujuan tak lain untuk membunuhnya, ia mendengar saudaranya itu tengah melantunkan ayat-ayat Al-Quran. Seketika hatinya luluh dan menyatakan masuk Islam serta menjadi pelindung dan pembela Nabi yang paling tangguh. Gelar Abu Hafs pun akhirnya berganti dengan al-Farouq. Setelah pengangkatannya sebagai khalifah, sahabat dan masyarakat Islam lebih sering memanggilnya dengan sebutan Amirul Mukminin (Pemimpin orang mukmin).

Masa kekhalifahan Umar bin Khattab berjalan lebih kurang sepuluh tahun. Situasi yang kondusif dalam Negara Islam saat itu memberikan kesempatan yang besar baginya untuk melanjutkan ekspansi militer ke wilayah yang lebih luas. Penataan terhadap pemerintahan juga dilakukan dengan sangat baik.

Beberapa hal yang menyangkut akidah dan kemasyarakatan juga tak lepas dari perhatiannya. Umar bin Khattab memulai penanggalan Hijriah, dan melanjutkan pengumpulan catatan ayat Qur’an yang dirintis Abu Bakar. Ia juga memerintahkan salat tarawih berjamaah terhadap seluruh umat muslim saat itu.

Pada tahun 638 M Umar bin Khattab memerintahkan untuk merenovasi dan memperluas Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Selanjutnya ia melakukan perubahan besar dalam sistem pemerintahan saat itu. Ia membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Kontrol terhadap kebijakan publik juga diperketat, selanjutnya ia dengan gencar melakukan penataan dan proses kodifikasi terhadap hukum Islam.

Banyak pertempuran-pertempuran besar terjadi di masa ini, namun Islam selalu maju sebagai pemenang. Ekspansi ke wilayah Syiria pada tahun 635 M contohnya. Damaskus berhasil ditaklukkan dari tangan Byzantium, satu tahun berikutnya pasukan Byzantium berhasil dikalahkan dalam perang Yarmuk. Seluruh Syiria terkuasai. Dalam kurun waktu yang relatif singkat, pasukan Islam juga berhasil menaklukkan Mesir dan Irak. Akhirnya tiga imperium Persia, Byzantium dan Romawi Timur hingga wilayah-wilayah Sasaniah tunduk dalam kekhalifahannya.

Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M, saat memimpin sholat subuh Umar bin Khattab ditikam oleh seorang Parsi bernama Firuz (dalam sumber lain Abu Lukluk) dari belakang menggunakan pisau beracun. Konon pembunuhan ini dilatarbelakangi oleh dendam pribadi. Namun ini adalah pembunuhan pertama seorang muslim terhadap muslim lainnya. Ummar dimakamkan di sebelah makam Rasulullah SAW.

Wafatnya Umar bin Khattab menandakan berakhirlah kekhalifahan yang berjalan sekitar sepuluh tahun itu. Akhirnya setelah kematian Umar bin Khattab, Usman bin Affan mengambil alih tampuk pimpinan negara Islam. (*Dedet Pratama Dinata/berbagai sumber)

"Deus le Volt!", Paus Urban II Pemercik Api Perang Salib November 3, 2008

Posted by D. Pratama D in tokoh.
6 comments

Sejarah Perang Salib telah merubah dunia. Merobah ‘wajah’ Kristen dan Islam, antara Eropa dan peradaban tetangganya. Tapi tak banyak yang mengetahui siapa yang telah memprakarsai perang tersohor itu. Dialah Paus Urban II, sosok dengan pengaruhnya yang sangat luar biasa.
Perang Salib telah memberinya cacatan sebagai sosok yang pernah memberikan pidato paling berpengaruh di dunia. Tindakannya itu membuatnya tampil sebagai seseorang yang menyulut api perperangan antara konflik dua peradaban besar saat itu.
Paus Urban II lahir pada tahun 1042 M di dekat Chatillon-sur-Marne, Perancis. Sebelum nama Paus disandangnya, Odo de Lagery adalah nama aslinya. Dia lahir dari keluarga bangsawan Prancis. Keadaan ini membuatnya mendapatkan pendidikan yang baik. Menginjak masa muda dia memulai pengabdiannya di kota Rheims sebagai pendeta. Perkembangan kepekaannya terhadap berbagai permasalahan kemasyarakatan, baik dalam bidang politik maupun ekonomi membuat posisinya semakin meningkat. Mulai dari pendeta kemudian jadi bishop. Pada tahun 1088 akhirnya ia terpilih sebagai Paus.
Dia adalah seorang Paus yang bertalenta. Mata dan telinganya terlalu peka terhadap setiap keadaan yang menguntungkan. Nama besar baginya dimulai pada 27 November 1095. Dalam sebuah persidangan gereja di kota Clermont, Perancis yang diprakarsainya, Paus Urban II mengucapkan pidato termashur di dunia. Pidato yang mengubah benua Eropa berabad-abad kemudian. Di depan beribu-ribu masyarakat Kristen, dia memprotes apa yang dilakukan oleh orang Turki Seljuk. Masyarakat Islam itu telah menduduki Tanah Suci. Akibatnya tempat itu jadi terkotori atas pendudukan Islam. Masyarakat Kristen yang berziarah tidak lagi merasakan ketanangan.
Sebagai jalan keluar, Paus Urban II memberikan sebuah solusi. Dia menyerukan agar umat Kristen bersatu untuk melakukan ‘perang suci’, demi misi merebut kembali Tanah Suci. Paus Urban II bukanlah seorang pemimpin yang tidak bisa berorasi. Pidato yang diucapkannya telah membakar semangat dan amarah. Tanah Suci itu merupakan daerah yang amat subur, jauh lebih baik daripada daratan yang merka tempati saat ini. Sedikit tambahan, dia menjamin siapapun yang ikut berperang demi membela pihak Kristen, mereka akan dibebaskan dari dosa dan terhindar dari hukum balasan.
Ajakan yang menggiurkan, suara dari surga. Jaminan yang tidak akan dilewatkan. “Deus le Volt!” (Tuhan menghendakinya), teriakan massa menggema di mana-mana. Teriakan ini juga yang nantinya menyulut api semangat tentara Kristen dalam berbagai medan perang. Perang pertama meletus hanya beberapa bulan setelah peristiwan ini, kemudian diikuti rentetan peperangan yang berlangsung dalam hitungan abad. Tapi sebuah dilema mengikuti peristiwa besar ini, Paus Urban II wafat pada tahun 1099, dua minggu pasca perang pertama yang berbuah Darussalam. Kematian menjemputnya sebelum mengetahui hasil yang dicapai.
Sebuah kepastian dalam perang, penawanan tentu akan terjadi, begitu juga dengan Perang Salib. Tindakan ini juga yang bersentuhan langsung dengan perubahan besar-besaran terhadap peradaban. Akulturasi, absorbsi terhadap ilmu dan kebudayaan. Kemajuan peradaban Islam merupakan hal yang tidak boleh terlewatkan. Akhirnya hal ini menjadi proses penyangga terhadap ‘Renaissance’ yang melahirkan cahaya baru bagi Eropa. Kemajuan peradaban memasuki periode baru.
Nama Paus Urban II tak lepas dari kata yang disebut ‘Renaissance’ itu. Perang bukanlah sesuatu yang dengan mudah dapat menggiring namanya pada daftar bergengsi di dunia. Tapi Perang Salib yang dirintisnya menghasilkan buah di luar skenario peperangan, selain kemenangan dan penguasaan wilayah, perang besar kali ini juga mendatangkan beragam ilmu baru dari peradaban tetangga (Islam).
Kepiawaian dalam melihat perubahan politik dan militer membuatnya tanggap untuk melakukan sesuatu di luar dugaan semua orang. Jika di saat yang sama ada Paus-Paus lain selain Paus Urban II, belum tentu mereka bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang telah dilakukannya. (*D.Pratama D/historyguide.org)

‘Kentut’ Korups, Bau September 30, 2008

Posted by D. Pratama D in di mataku.
Tags:
add a comment

Jika dalam sebuah tempat, masa dan waktu selalu mengelilinginya, mungkin ini serupa halnya dengan sebuah Negara dan kasus korupsinya. Aku jadi geli dengan masalah ini. Di berbagai Negara, tak terkecuali yang namanya Indonesia, atau bias dibilang hamper semua Negara, kasus ini seperti wabah masuk angin yang dalam satu periode ‘masuk angin’ bias jadi sejumlah masyarakat terindikasi penyakit yang tak mematikan ini. Hanya saja, efek tambahan yang biasa disebut kentut merusak ketentraman sebagian masyarakat lainnya.

Begini jugalah nasib ‘kentut’ korupsi. Efeknya mewabah hingga menyebabkan ribuan orang merasakan betapa busuknya. Kadang bias lupa makan. Untuk memperlihatkan penderitaan, mereka ada yang menggelar aksi mogok, demonstrasi, atau hanya sekedar bilang, “Kami anti korupsi. Ya, kami anti korupsi sebelum orangtua kami duduk di jabatannya. Nanti kami anti korupsi lagi, tapi tentu saja setelah jabatan orangtua kami lengser.”

Di Negara kita, yang kita sebut Indonesia, prestasi dari tahun ketahun semakin meningkat. Jika beberapa decade lalu dinilai berbintang empat, sekarang kalau untuk masalah korupsi, kita bias berbangga dengan predikat berbintang lima. Jika dilhat dari segi perkembangan, kenyamanan, maupun kesejahteraan, kita masih jauh di bawah Negara-negara maju lainnya. Tapi harus kita sadari bahwasanya Negara ini adalah surga bagi makhluk sebangsa koruptor, spesies terdekat homo sapiens yang untuk membedakannya harus melalui tahap khusus yang hanya bias dilakukan oleh lembaga bernama KPK. Bangga?

Lapar September 26, 2008

Posted by D. Pratama D in di mataku.
add a comment

Ramadhan ini masih tinggal beberapa hari lagi. Laparku juga semakin menjadi-jadi. Mataku lapar akan hobi, telingaku lapar akan hobi, tanganku lapar akan hobi, kakiku lapar akan hobi, akupun juga lapar akan hobi. Akhirnya kucoba menebus akan laparku, akan hobi untuk laparku. Makanya blog ini mulai berubah bentuk, berubah penampilan, berubah isi (walau semuanya dihapus ulang), dan setidaknya aku akan mencoba ngeblog lagi.

Tak ada lagi yang namanya takhyul di sini. Juga tak ada gambar senonoh, makanan, minuman, alkohol, atau mungkin hanya sekedar asap rokok. Kini blog in murni berisi tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang aku sukai. Yang penting aku suka. Semuanya ada di sini