jump to navigation

Kisruh Teknologi Informasi, Antara Manfaat dan Mudarat November 12, 2008

Posted by D. Pratama D in opini.
trackback
Oleh Dedet Pratama Dinata

Perkembangan teknologi informasi akhir-akh­­­ir ini ternyata memberikan pengaruh di luar dugaan. Masyarakat—terutama remaja—seperti kelimpungan menghadapi perubahan ini. Betapa tidak, berkembangnya jaringan internet hingga ke pelosok-pelosok desa berhasil membuat masyarakat yang sebagian besar petani dan peternak itu harus bersiap-siap terbang ke ‘peradaban’ baru. Peradaban yang menjadikan informasi sebagai ‘sembako’.­

Seakan tidak siap dengan perubahan, tumbuhlah dalam masyarakat kita—secara tidak langsung­­­—sebuah kelompok anti globalisasi informasi. Mereka melakukan gerakan dengan berbagai landasan, kadang memilih agama, kadang juga memilih budaya. Alhasil, timbullah dua golongan yang saling bertentangan prinsip dan pandangan tentang globalisasi informasi. Pro dan kontra bertumbuhan.

Aneh memang, tapi inilah yang terjadi dalam masyarakat kita. Laju informasi yang begitu cepat menawarkan pengetahuan yang beragam bagi semua golongan masyarakat. Namun di sisi lain, beberapa informasi itu juga berdampak buruk bagi kebudayaan dan agama. Benarkah?

Suguhan-suguhan bernada pornografi menempati peringkat pertama sebagai pemicu pertentangan. Internet bahkan menyediakan tempat khusus bagi ‘menu’ yang satu ini, dan bahkan dapat diakses dengan mudah oleh siapapun. Jangankan remaja, anak-anak yang baru menginjak usia sepuluh hingga duabelas tahun pun bisa memanfaatkan layanan ini dengan leluasa.

Hal yang ditakutkanpun terjadi. Beberapa kasus kriminal yang dilakukan remaja di bawah umur di Indonesia beberapa waktu lalu, menyatakan bahwa suguhan-suguhan pornografi dari internet yang membuat mereka terpikat untuk melakukan hal yang sama. Internet akhirnya dicap oleh beberapa kalangan sebagai media yang memberikan pengaruh paling buruk.

Game online menempati peringkat kedua. Permainan yang dapat menghubungkan setiap pemain di dunia dalam petualangan virtual menyulap remaja dan anak-anak hingga meninggalkan beberapa rutinitas penting. Layanan ini perlahan menjadi ‘candu’ yang menggerogoti otak remaja. Bahkan orang dewasa juga terhipnotis dengan ‘menu’ yang satu ini.

Game online-pun berdampak ganda, positif dan negatif. Di satu sisi, permainan ini dengan dahsyat memotifasi anak-anak dan remaja untuk mempelajari dan menggunakan perangkat komputer, di samping layanan-layanan lainnya. Tapi di sisi lain, pengaruhnya malah telah mengalahkan dampak play station yang dulunya pernah ditentang oleh berbagai kalangan.

Di sebuah warnet di kota Padang, sebuah fenomena tertangkap oleh penulis. Di sana puluhan remaja usia sekolah sedang asyik berpetualang di dunia maya. Padahal saat itu sudah larut malam. Bahkan beberapa dari mereka tetap berpetualang hingga dini hari. Waktu yang seharusnya menjadi saat-saat istrahat dan mempersiapkan diri untuk sekolah esok hari, malah digunakan untuk permainan yang menyulap pikiran tanpa adanya manfaat yang berarti.

Dari tempat lain, golongan yang membutuhkan aliran informasi merasakan angin surga tengah mengalir seiring dengan cepatnya perkembangan teknologi informasi. Mereka adalah mahasiswa-mahasiswa dan pelajar yang benar-benar membutuhkan bantuan media secepat internet untuk memperoleh bahan-bahan pelajaran. Dengan internet, pekerjaan yang membutuhkan waktu lama dapat dikerjakan dalam beberapa saat.

Laju informasi yang cepat juga telah mendorong perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Penemuan-penemuan baru yang ada di luar negri dengan cepat dapat ditangkap oleh pelajar di Indonesia, kemudian diaplikasikan dengan ilmu yang telah ada. Hingga akhirnya memunculkan sesuatu yang inovatif dan bermanfaat.

Sebenarnya semua orang memahami dampak baik dan buruk yang akan ditimbulkan oleh perkembangan teknologi informasi. Tapi bandingan antara manfaat dan mudaratnya tidak sanggup memberikan keputusan untuk menghambat ataupun memperlancar lajunya yang semakin cepat. Apalagi dampak negatif yang ditimbulkannya juga telah menyulap pengguna jasa ini untuk merasakan ketergantungan lebih lanjut.

Yang dibutuhkan saat ini adalah kearifan dan kebijaksanaan pengguna jasa teknologi informasi. Sedangkan orangtua diharapkan agar lebih proaktif dalam mengontrol kegiatan anak-anak mereka, terutama bagi yang masih di bawah umur. Tanpa hal di atas, dampak buruknya akan semakin merebak. Padahal berkembangnya teknologi informasi menjanjikan pemenuhan kebutuhan informasi yang lebih cepat di masa yang akan datang.

Komentar»

1. Hari Dwijayanto - Oktober 12, 2011

se7

2. Sigit Murdaka - Juni 11, 2015

mohon izi share


Tinggalkan komentar